Rabu, 26 November 2014

Kekuatan cinta…..

Kekuatan cinta…..
Cinta adalah sebuah perasaan kepada seseorang. Cinta terkadang merupakan sebuah misteri dalam kehidupan manusia karena kita tak pernah tahu kapan kita jatuh cinta dan dengan siapa kita jatuh cinta. Saat kita jatuh cinta, semuanya terasa berbeda bagi kita dan perubahan terjadi dalam diri kita…. Seakan menjadi kekuatan bagi kita untuk terus berjuang dalam kehidupan ini. Saat kita jatuh cinta kita selalu berharap dapat bersama dengan orang yang kita cintai, sering kali kita menghayal tentang dirinya… Kita sering berharap menjadi orang yang pertama untuk dapat melihat dia tersenyum, menjadi penolongnya saat dia berada dalam kesulitan, dan berbagi suka dan duka bersamanya…. Semua kita lakukan agar dapat membuat orang yang kita cintai bahagia…
Cinta juga sering kali menyakitkan apabila realita yang kita hadapi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan atau khayalan kita…. Disaat seperti itu, kita merasa mejadi orang yang paling menderita sehingga sulit untuk keluar dari perasaan sakit yang kita alami….  Bahkan terkadang kita menjadi seperti orang gila yang tanpa alasan kita menangis…. Hidup kita juga terasa hancur dan menjadi sia-sia…. Kita berubah menjadi lebih pendiam, sensitif dan emosional…
Itulah kekuatan cinta, cinta bisa merubah seseorang, cinta bisa membahagiakan seseorang dan cinta juga bisa membuat hidup seseorang hancur….
Semua manusia pernah merasakan kebahagiaan dan sakit hati dalam kehidupannya… Tidak ada manusia yang hanya merasakan salah satu diantaranya, karena hidup ini lengkap apabila manusia telah melewati keduanya….
Saat seseorang merasakan sakit, saat itulah seseorang belajar untuk memahami bahwa dalam kehidupan ini tidak semua hal sesuai dengan apa yang kita harapkan…. Disaat itu, seseorang belajar untuk menjadi dewasa dan bijaksana untuk dapat mengambil keputusan dalam kehidupannya… Apakah dia harus bangkit untuk mencari tujuan dan kebahagiaanya ataukah dia tetap tinggal dengan perasaan sakit hati….

Rabu, 08 Mei 2013

Haruskah Perilaku Manusia Juga Mengalami Evolusi???

Bumi adalah sebuah tempat yang memiliki banyak keajaiban karena di dalamnya terdapat kehidupan. Usia dan perjalanan bumi yang sangat panjang telah di mulai sejak 4 miliyar tahun lalu, dimana pada saat itu belum ada kehidupan yang muncul.
Pada awalnya kondisi bumi hanya terdiri dari gumpalan – gumpalan awan, api dan partikel – partikel debu yang terbentuk menjadi satu membentuk atmosfer di bumi. Kemudian gunung – gunung berapi yang baru mengeluarkan larva menyebabkan batu – batuan yang muncul dari kedalaman menjadi beku, retak, hancur dan menyebar menjadi butiran – butiran kecil. Ini merupakan gambaran awal terbentuknya tanah di bumi.
Selanjutnya bumi mengalami perkembangan dimana ada kehidupan yang muncul. Archaebacteria merupakan organisme  atau  makhluk hidup bersel satu yang pertama kali hidup di bumi sehingga disebut sebagai nenek moyang tumbuhan.  Organisme ini berasal dari vulkanik gunung berapi dan bertahan hidup dengan menyerap panas dari cahaya matahari karena dapat beradaptasi pada keadaan lingkungan yang ekstrim. Archaebacteria terus berkembang hingga kemudian muncul spesies lain tetapi masih tergolong organisme tingkat rendah. Organisme ini  disebut Cyanobacteria. Cyanobacteria merupakan perintis atau pelopor bagi kehidupan tumbuhan lainnya karena tumbuhan ini mampu menyerap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi dengan klorofil yang dimiliki. Organisme ini juga menyerap air dan CO2 kemudian memecahkan untuk menghasilkan energi dan oksigen dengan bantuan cahaya matahari. Oksigen yang dihasilkan ini yang memberikan kehidupan di bumi.
Akan tetapi meskipun oksigen telah lama di hasilkan di bumi, di butuhkan waktu lebih 4 miliyar tahun untuk membentuk  pohon – pohon yang dapat kita lihat sekarang ini. Pohon – pohon ini melangsungkan kehidupan dengan menyerap cahaya matahari untuk menghasilkan sumber makanan. Pada tahap selanjutnya, bumi semakin berkembang dan perlahan – lahan makin banyak kehidupan yang muncul baik di daratan maupun di perairan. Organisme – organisme yang muncul atau hidup ini memiliki peranan yang berbeda – beda di lingkungan dan saling membutuhkan satu sama lain sehingga menghasilkan suatu interaksi yang menyebabkan terjadinya keseimbangan di lingkungan.
 Selanjutnya kehidupan berkembang dan muncullah organisme yang berakal budi yaitu manusia. Manusia baru muncul sekitar 200.000 tahun yang lalu, tetapi mampu membuat perubahan yang sangat besar pada bumi kita sehingga bumi kita menjadi semakin kritis. Pada awal perkembangannya manusia hidup nomaden atau berpindah – pindah dan berburu untuk mencari sumber makanan yang disediakan dari alam, tetapi sejak 18.000 tahun yang lalu manusia tidak lagi hidup secara nomaden melainkan sudah dapat hidup menetap dengan memanfaatkan sumber  alam yang ada dengan menciptakan alat – alat yang mampu mendukung dan mempermudah pekerjaan manusia. Dengan akal budinya, manusia memanfaatkan binatang – binatang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Sekitar kurang lebih 10.000 tahun yang lalu manusia menemukan agrikultur yang menjadi revolusi dan mengubah sejarah manusia. Tidak hanya tubuh manusia yang mengalami evolusi, tetapi kehidupan manusia juga mengalami evolusi. Populasi penduduk yang semakin bertambah banyak membuat kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan juga semakin meningkat.
Kemudian, manusia banyak menciptakan teknologi – teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia, diawali dengan diciptakan mesin untuk agrikultur yang menggantikan tenaga manusia dan menghasilkan berbagai produk dalam waktu yang singkat. Selain itu, banyak bangun gedung pencakar langit terutama di negara –negara maju seperti China, Hongkong, New York yang banyak mengeruk sumber daya alam. Manusia memanfaatkan sumber daya alam dengan sangat egois dan tamak tanpa melestarikannya kembali.
Kita belum menyadari bahwa kita menghabiskan apa yang disediakan alam. Seperti penangkapan ikan yang dilakukan oleh industri-industri. Semenjak 1950 hasil penangkapan ikan meningkat menjadi 5 kali lipat, dari 18 menjadi 100 juta metrik ton pertahun, dan ini mengakibatkan tiga per empat lahan ikan telah habis, dan kebanyakan ikan – ikan besar telah punah. Di samudra yang seharusnya terdapat banyak ikan kini sudah hampir tidak ada ikan lagi, ikan terlalu sering ditangkap hingga mereka tak sempat berkembang biak lagi.
Selain itu, manusia juga banyak menghabiskan air. Sungai yang dulunya mengalirkan air ke laut kini tak lagi mengalir. Air yang ditampung di danau-danau makin lama makin menurun ketinggian permukaannya. Manusia yang hidup dipadang pasir mengerti cara menghemat air, mereka bergantung pada sumur yang diisi oleh air fosil yang akan kembali ke dasar tanah ketika hujan datang, sedangkan di negara – negara kaya, mereka menghabiskan berton – ton liter air per harinya.
Ketamakan manusia juga berdampak pada mencairnya es di kutub utara. Salah satu penyebab mencairnya es di kutub utara adalah eksploitasi hutan yang secara besar – besaran yang mengakibatkan penggundulan hutan yang sangat parah. Banyak lahan yang sudah dialih fungsikan contohnya digunakan sebagai tempat pembangunan pabrik. Setiap tahun sebanyak 13 juta hektar hutan yang dialihfungsikan menjadi lahan pabrik. Sungguh Ironis, akibatnya banyak terjadi banjir, global warming, efek rumah kaca, iklim yang tak menentu lagi.
Apabila keadaan ini tetap kita biarkan, pasti akan menyebabkan krisis sumber daya alam yang sangat besar bagi manusia, bahkan dapat membawa kematian. Oleh karena itu, mari kita selamatkan ibu pertiwi kita. Berawal dari hal yang sederhana, tidak harus dimulai dari hal yang besar, dan jangan takut untuk melakukannya, karena usaha yang kecil dapat membawa perubahan yang besar.

SMALL AFFRAID CAN MAKE BIG DIFFERENT.....

Minggu, 25 November 2012

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian Organik


Tanah adalah salah suatu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun sebagian besar akibat kegiatan manusia juga.
Meningkatnya kegiatan produksi biomassa (tanaman yang dihasilkan kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman) yang memanfaatkan tanah yang tak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa, sehingga menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan pertanian hingga saat ini, yaitu :
1)      tingkat produktivitas lahan menurun
2)      tingkat kesuburan lahan merosot
3)      konversi lahan pertanian semakin meningkat
4)      luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas
5)      tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat
6)      daya dukung likungan merosot
7)      tingkat pengangguran di pedesaan meningkat
8)      daya tukar petani berkurang
9)      penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun
10)  kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat. 

PENYEBAB KERUSAKAN TANAH PERTANIAN
             A.  Kerusakan Tanah Pertanian Akibat Erosi
Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS).
Penurunan produktivitas usaha tani secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau.

             B.  Pencemaran Agrokimia pada Tanah Pertanian
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional.
Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah.
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah.
Penanaman varietas padi unggul secara mono cultur tanpa adanya pergiliran tanaman, akan mempercepat terjadinya pengurasan hara sejenis dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan terjadinya defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam tanah.
Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.
 
                    C. Pencemaran Industri
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan padatan yang asing bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan merusak lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran dakhil. Limbah cair ini apa bila masuk ke badan air pengairan, dampak negatifnya akan meluas sebarannya. Penggalakan terhadap program kali bersih dan langit biru perlu dilakukan, dan penerapan sangsi bagi pengusaha yang mengotori tanah, air dan udara.

             D. Pertambangan dan Galian C
Usaha pertambangan besar sering dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang permanen. Dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan tanah.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan terutama batu bata dan genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin banyak (galian C). Tanah untuk pembuatan batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang produktif. Dengan dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan batu bata, genteng dan tembikar. Penggalian tanah sawah untuk galian C disamping akan merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan lapisan tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan lapisan tanah bawahan (sub soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan menjadi tidak produktif. 

                        E. Alih fungsi lahan
Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan tingkat keuntungan berusaha tani relatif rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca, hama dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran. Alih fungsi lahan banyak terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-pertanian. Alih guna lahan sawah ke areal pemukiman dan industri sangat berpengaruh pada ketersedian lahan pertanian, dan ketersediaan pangan serta fungsi lainnya.

KONSEP PERTANIAN BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kesanggupan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”.
Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumber daya alam. Pertanian berwawasan lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya. Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain:
1.    Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumber daya alam dan vitalitas keseluruhan agroekosistem dipertahankan/mulai dari kehidupan manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan, demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses biologi. Sumber daya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan terjadinya polusi. Menitik beratkan pada pemanfaatan sumber daya terbarukan.
2.  Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/ pendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumber daya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi terhadap lingkungan.
3.   Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumber daya dan tenaga tersebar sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijakan, baik di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.
4.   Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan.
5.   Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan/petani mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial dan budaya.
Suatu konsensus telah dikembangkan untuk mengantisipasi pertanian berkelanjutan. Sistem produksi yang dikembangkan berasaskan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) yang kalau diterjemahkan sebagai (Pertanian Berkelanjutan/Lestari, Masukan Dari Luar Usahatani Rendah). Konsep ini dapat dijabarkan menjadi beberapa rakitan operasional, antara lain: meningkatkan produktivitas, melaksanakan konservasi energi dan sumber daya alam, mencegah terjadinya erosi dan membatasi kehilangan unsur hara, meningkatkan keuntungan usahatani, memantapkan dan ketenlanjutan konservasi serta sistem produksi pertanian.
Konservasi merupakan faktor yang penting dalam pertanian berwawasan lingkungan. Konservasi sumber daya terbarukan berarti sumber daya tersebut harus dapat difungsikan secara berkelanjutan (continous). Sekarang kita sudah mulai sadar tentang potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia untuk merusak lingkungan tersebut. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumber daya adalah terbatas.
Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan sumber daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada gilirannya meningkatkan produksi dan  pendapatan petani melalui usaha tani yang berkelanjutan.
Pola usaha tani konservasi merupakan suatu bentuk pengusahaan lahan yang mengkombinasikan teknik konservasi secara mekanik/sipil teknik, vegetatif maupun kimiawi.
 
PERTANIAN ORGANIK
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik.
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah
  1. pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam.
  2. proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat. 
  3. Penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah)
  4.  produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agrobisnis hortikultura ini.
 
A.       Pertanian Organik Modern
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
  1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
  2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Komoditas pertanian organik yang akan dikembangkan dan memiliki potensi pasar yang baik, yaitu: hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis), perkebunan (kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi), rempah dan obat (Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya), dan peternakan (susu, telur dan daging).